FERMENTASI
ROTI
1.
TUJUAN
PERCOBAAN
1. Mahasiswa
dapat mengetahui Teknologi pembuatan roti dengan perbedaan kandungan protein di
dalam tepung terigu.
2. Mahasiswa
dapat mempelajari proses fermentasi pada pembuatan roti.
3. Mahasiswa
dapat membandingkan kualitas produk dengan produk komersil.
2.
PERALATAN
DAN BAHAN
1. Peralatan
yang digunakan yaitu timbangan, gelas ukur, baki alumunium, mixer, pisau,
roller, oven, dan kompor.
2. Bahan
yang digunakan yaitu 300 gram tepung terigu protein tinggi/cakra, 200 gram
tepung terigu serba guna/segitiga, 75 gram gula pasir, 10 gram ragi instan, 2
sdm susu bubuk, 1 sat bread improver, ½ sdt garam, 3 butir telur, 150 ml air,
100 gram margarin. Olesan: 1 kuning telur campur dengan 2 sdm susu cair, diaduk
rata. Isi: keju chedar, coklat parut secukupnya.
3.
DASAR
TEORI
Roti adalah produk makanan
yang terbuat dari fermentasi tepung terigu dengan ragi atau bahan pengembang
lainnya kemudian di panggang. Bahan pembuatan roti terdiri dari bahan baku dan
bahan penunjang.
Bahan baku meliputi terigu.
Terigu yang digunakan sebagai bahan dasar pembuatan roti adalah tepung terigu
yang memiliki kadar protein tinggi, karena memerlukan air lebih banyak agar
gluten yang terbentuk dapat menyinpan gas sebanyak – banyaknya sehingga
didapatkan volume yang besar. Akan tetapi roti akan menjadi alot sehingga perlu
diimbangi dengan penambahan pemakainan bahan – bahan lain yang berfungsi untuk
mengempukkan roti seperti gula, margarine dan kuning telur. Ada cara yang
sering digunakan agar roti yang dihasilkan tidak alot yaitu mencampur tepung
terigu protein tinggi dengan tepung terigu protein sedang. Tujuannya agar kadar
protein terigu turun sehingga roti yang dihasilkan dengan tekstur yang lebih
lembut. Pengadukan adonan roti tidak hanya sekedar mengaduk saja tetapi kadar
protein yang terkandung di dalam tepung terigu harus diperhatikan dan pemberian
energy saat pengadukan juga disesuaikan.
Bahan peenunjang dalam
pembuatan roti adalah air, garam, ragi (yeast), gula, susu, lemak dan mineral.
Air berfungsi mengikat protein terigu sehingga membentuk gluten dan sebagai
pelarut bahan penunjang lainnya (garam, gula, susu, dan sebagainya).
Pencampuran adonan disertai
dengan suatu kenaikan suhu massa adonan terukur. Sumber panas terutama berasal dari tenaga ang
dilepaskan oleh hidrasi tepung dn panas yang dihasilkan oleh adanya geseran
selama pencampuran mekanis dari adonan.
Proses Pemanggangan Roti
Pemanggangan
roti merupakan langkah terakhir dan sangat penting dalam memproduksi produk
roti. Pemanggangan merupakan aspek yang sangat kritis dan dari seluruh urutan
dalam pembuatan roti berkualitas tinggi. Reaksi pemanggangan :
1. Pada
saat adonan memasuki suatu oven yang panas, adonan bertemu dengan udara panas
dari ruang pemanggangan dan lapisan film tampak terbentuk pada permukaan
adonan. Selanjutnya terjadi pengembangan rotii, selama itu terjadi pengembangan
volume adonan yang dapat mencapai 30 persen.
2. Pengembangan
roti terjadi sebagai hasil dari suatu reaksi yang berurutan. Disini terdapat
pengaruh fisik yang murni dari panas terhadap gas yang terjebak sehingga
menaikkan tekanan, karena kebanyakan gas yang dilepaskan terjebak dalam film
gluten yang elastic, sel gas mengembang dengan sendirinya, sehingga terdapat
sejumlah besar sel gas yang kecil – kecil dimana setiap gas mengembang dan
mengakibatkan volume adonan bertambah.
3. Pengaruh
pemanasan yang lain ialah kelarutan gas. Karbondioksida ddibebaskan oleh
kenaikan suhu sampai kurang lebih 1200F. gas yang bebas ini juga membantu
kelompok gas dalam usaha menaikkan tekanan dan pengembangan adonan yang panas.
4. Oleh
kenaikan suhu sampai 1300F, granula pasti mulai menggembun. Penggembungan pasti
disertai dengan penyerapan air dari bahan adonan yang lain. Peristiwa ini
paling sedikit memiliki dua pengaruh yang akan diuraikan kemudian.
5. Sejalan
dengan naiknya suhu adonan sampai 1400F terjadi kenaikan aktivitas metabolisme
di dalam sel khamir, meningkat sampai titik kematian termal khamir.
6. Aktivitas
amylase juga bertambah oleh kenaikan suhu, membantu reaksi produk. Akhirnya
system enzim juga menjadi rusak.
7. Mendekati
1700F, alcohol yang dihasilkan selama fermentasi juga dibebaskan, dan juga
membantu pengembangan tambahan dan sel gas. Pertama, granula pati bertambah
ukurannya dan menjadi lebih terikat di dalam gluten. Kedua, air yang diperlukan
oleh pati diambil dari struktur gluten (menjadi kuat dan lebih kental). Di
samping itu, pati diduga berperan mengatur struktur adonan yang dipanggang.
8. Di
samping gelatinisasi pati, jaringan gluten mulai mengalami denaturasi. Sedang
pemanasan permulaan menyebabkan pencairan gluten, selanjutnya pemanasan yang
diteruskan menyebabkan pelepasan air dan gluten dan memindahkannya kepada
system pati. Dehidrasi gluten ini berlangsung terus sampai dicapai suhu kurang
lebih 1700F, pada suhu tersebut terjadi koagulasi gluten. Karena pembakaran
berlangsung terus, kenaikan tekanan hasil pengembangan gas dalam adonan yang
dipanggang berubag dengan pelan – pelan, yang mungkin disebabkan oleh
bersatunya gelembung untuk membentuk unit yang lebih sedikit tetapi berukuran
lebih besar, system pati menjadi mantap, kondisi tekanan mengendor dan
terjadilah penurunan tekanan. Pengembangan yang terjadi pada permulaan siklus
pemanggangan dimantapkan dan pelan – pelan kulit berkembang berwarna coklat
keemas – emasan, yang disertai dengan aroma dan tekstur yang menyenangkan.
9. Memperhatikan
kecepatan pemanggangan roti secara tepat adalah penting, dan ini dapat
diikendalikan dengan berbagai cara. Kecepatan kenaikan suhu secara umum dalam
berbagai jenis produk.
TEORI
TAMBAHAN
A.
Roti
Pengertian roti adalah proses tepung terigu yang
difermentasikan
dengan ragi roti (Saccharomyces cerevisiae), air dan atau tanpa
penambahan makanan lain yang dipanggang kedalam adonan. Kemudian
ditambahkan gula,
garam, susu atau susu bubuk, lemak, pengemulsi dan bahan-bahan
pelezatseperti cokelat, keju, kismis dan lain-lain (Haryono,1992).
Manfaat roti diperkaya dengan berbagai macam zat gizi,
sebut sajabeta karoten, thiamin (vit B1), riboflavin (vit B2), niasin, serta
sejumlah mineral
berupa zat besi, iodium, kalsium dan sebagainya. Roti juga
diperkaya dengan asam
amino tertentu untuk meningkatkan mutu protein bagi tubuh. Menurut Dr.
Clara, M. Kusharto MS, dari Departemen Gizi Institut Pertanian Bogor,
kandungan protein yang terdapat dalam roti mencapai 9,7%, lebih tinggi
ketimbang nasi yang hanya 7,8%. Selain itu tidak seperti nasi yang hanya
memiliki kadar pati 4-8%, dalam roti terdapat 13% pati. Empat iris
roti, roti tawar akan menghasilkan kalori yang setara dengan sepiring
nasi (Jenie, 1993).
Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan roti dapat
digolongkan bahan utama
dan bahan pembantu. Bahan utama yang digunakan dalam pembuatan
roti adalah tepung terigu, air, ragi roti, dan garam. Bahan pembantu
adalah bahan-bahan yang menyertai bagian utama dalam pembuatan roti untuk
mendapatkan aroma, rasa dan tekstur yang diinginkan. Bahan pembantu ini
terdiri dari shortening, bread improver, susu skim, telur, gula, bahan
pengisi serta flavoring. Pemberian anti oksidan (asam askorbat, bromat), dan
anti kapang seperti kalium propionat dan kalsium pospat ditambahkan
untuk memperpanjang keawetan roti. Bahan baku juga mempunyai
karakteristik fisik, kimia dan mekanik yang berbeda, demikian juga
perubahan sifat–sifat tersebut akibat pengolahan mungkin berbeda. Oleh karena itu
sebelum mengetahui cara pembuatan roti, terlebih dahulu mengenal 2 jenis bahan
yang akan digunakan, fungsinya dalam pembuatan roti serta sifat-sifat yang
dibutuhkan. Hal ini perlu diketahui untuk bisa memilih bahan secara ekonomis dan
mengendalikan mutu produk sesuai dengan keinginan (Kamarijani,
1983).
Jenis roti bakery diantaranya adalah roti cake,
pastery, dan cokies.
Untuk memproduksi roti yang baik yaitu memilih dan menangani bahan untuk proses
produksi berupa jenis dan jumlah kebutuhan bahan baku dan jumlah bahan
pembantu untuk satu periode telah tersusun. Faktor mutu bahan baku dan bahan
pembantu telah terukur, bahan baku dan bahan pembantu dipastikan
tersedia untuk memenuhi persyaratan produksi. Memilih dan menyiapkan
peralatan produksi, peralatan produksi roti telah disiapkan, persyaratan
kebersihan dan status peralatan teridentifikasi dan siap, jenis dan fungsi alat
produksi telah dikuasai, komponen peralatan yang terkait dicocokkan
dan disesuaikan dengan kebutuhan proses produksi, parameter proses yang
diperlukan memenuhi persyaratan keselamatan dan produksi, pemeriksaan
per-start dilakukan sebagaimana kebutuhan tempat kerja, peralatan
pencampur, pengaduk, pembagi, pemipih, pemanggang dan alat bantu lain
dioperasikan sesuai alat (Mudjajanto, eddy dan noor, 2004).
Kualitas roti secara umum disebabkan karena variasi
dalam penggunaan
bahan baku dan proses pembuatannya. Jika bahan baku yang digunakan
mempunyai kualitas yang baik dan proses pembuatannya benar maka roti
yang dihasilkan akan mempunyai kualitas yang baik pula. Jenis dan mutu produk
bakeri sangat bervariasi tergantung jenis bahan-bahan dan formulasi
yang digunakan dalam pembuatannya. Variasi produk roti diperlukan
untuk memenuhi adanya variasi selera dan daya beli konsumen(Moehji, 1971).
Selain kedua kelompok bakery tersebut ada jenis lain
yaitu cake, yang
merupakan produk hasil pemanggangan yang dikembangkan dengan pengembang
kimia. Sel-sel udara yang terbentuk dihasilkan dengan cara pengocokan
(terutama putih telur) yang menyebabkan udara terperangkap dalam
adonan, serta adanya pembentukan gas dari bahan pengembang dan terbentuk
uap air pada waktu pemanggangan (Anonim 4, 2004).
Produk lain yang dibuat dari terigu adalah donat.
Produk ini berbeda
dengan produk-produk bakery lainnya karena pada tahap akhir proses pembuatannya
tidak dipanggang, melainkan digoreng. Donat mengembang karena ragi
roti, juga akibat terbentuknya gas dari bahan pengembang dan uap air pada
waktu penggorengan (Anonim 5, 2009).
Berdasarkan formulasi adonan roti dapat dibedakan
menjadi tiga jenis
yaitu adonan roti manis, roti tawar dan adonan soft rolls. Adonan roti
manis adalah
adonan yang dibuat dari formulasi yang banyak menggunakan gula, lemak dan
telur. Adonan roti tawar adalah adonan roti yang mengunakan sedikit
tanpa gula, susu skim dan lemak. Sedangkan adonan soft roll adalah adonan roti
yang dibuat dari formula yang menggunakan gula dan lemak relatif
lebih banyak dari adonan roti tawar (Anonim 6, 2000).
Kualitas roti secara umum disebabkan karena variasi
dalam penggunaan
bahan baku dan proses pembuatannya. Jika bahan baku yang digunakan
mempunyai kualitas yang baik dan proses pembuatannya benarmaka roti yang
dihasilkan akan mempunyai kualitas yang baik pula. Jenis dan mutu produk
bakery sangat bervariasi tergantung jenis bahan-bahan dan formulasi
yang digunakan dalam pembuatannya. Variasi produk ini diperlukan untuk
memenuhi adanya variasi selera dan daya beli konsumen (Auingerpfund,1999). Setiap bahan juga
mempunyai karakteristik fisik, kimia dan mekanik yang berbeda, demikian juga perubahan sifat-sifat
tersebut akibat pengolahan mungkin berbeda. Oleh karena itu sebelum mengetahui
cara pembuatan roti, terlebih dahulu mengenal jenis bahan yang akan digunakan,
fungsi dalam pembuatan roti serta sifat - sifat yang
dibutuhkan. Hal ini perlu diketahui untuk bisa memilih bahan secara
ekonomis dan mengendalikan mutu produk sesuai dengan keinginan
(Buckle,1985).
B.
Bahan Baku Pembuatan Roti
1.
Tepung Terigu
Tepung terigu merupakan hasil olahan dari gandum,
jenis bahan baku yang paling ideal untuk pembuatan roti, tepung terigu yang
digunakan dalam pembuatan roti adalah tepung yang mempunyai kualitas baik,
karena tepung terigu mampu menyerap air dalam jumlah besar, dapat mencapai
konsistensi adonan yang tepat, memiliki elastisitas yang baik untuk
menghasilkan roti dengan remah halus, tekstur lembut, volume besar serta
mengandung protein paling tinggi yaitu berkisar antara 8%-14%. Didalam tepung
terigu terdapat senyawa yang dinamakan gluten.Hal ini yang membedakan tepung
terigu dengan tepung tepung lainnya (Anomim 1, 2007).
Tepung terigu mengandung dua macam protein yang
memegang peranan penting dalam pembuatan roti, yaitu protein gluten berfungsi
menentukan struktur produk roti dan memberikan kekuatan pada adonan untuk
menahan gas dari aktivitas ragi, dan glutenin memberikan elastisitas dan kekuatan
untuk perenggangan terhadap gluten. Kandungan gizi tepung terigu yang baik akan
mempunyai komposisi kadar air 13%, kadar protein 12-13%, kadar hidrat arang
72-73%, kadar lemak 1,5%, pada saat bercampur dengan air yang berfungsi sebagai
kerangka roti, membuat adonan tidak mudah pecah pada waktu diroll dan menahan
gas CO2 hasil fermentasi. Gas CO2 yang tertahan dalam kerangka
jaringan gluten dapat lolos kembali apabila kerangka gluten yang terbentuk
tidak kuat, akibatnya roti menjadi kempes kembali setelah dioven (Haryono,
1992).
Kualitas tepung terigu dipengaruhi oleh moisture
(kadar air), ash (kadar abu), dan beberapa parameter fisik lainnya, seperti
water absorption, development time, stability, dan lain-lain. Moisture adalah
jumlah kadar air pada tepung terigu yang mempengaruhi kualitas tepung, bila
jumlah moisture melebihi standar maksimum maka memungkinkan terjadinya
penurunan daya simpan tepung terigu karena akan semakin cepat rusak,
berjamur dan bau apek. Ash adalah kadar abu yang ada pada tepung
terigu yang mempengaruhi proses dan hasil akhir produk antara lain, warna
produk (warna crumb pada roti, warna mie) dan tingkat kestabilan
adonan, semakin tinggi kadar Ash semakin buruk kualitas tepung dan sebaliknya
semakin rendah kadar Ash semakin baik kualitastepung, hal ini tidak berhubungan
dengan jumlah dan kualitas protein (Anomim 2, 2007).
2. Margarin
Margarin pada umumnya dibuat dari minyak nabati.
Margarin merupakan emulsi yang terdiri atas lemak nabati, air dan garam dengan perbandingan
(80:18:2). Margarin dapat dikonsumsi tanpa dimasak. Sifat fisik
margarin pada suhu kamar adalah berbentuk padat, berwarna kuning, dan bersifat
plastis. Komposisi
gizi margarin adalah sekitar 80 %. Merupakan
zat gizi penting untuk menjaga kesehatan manusia. Selain itu, lemak dan
minyak merupakan sumber energi yang lebih efektif dibandingkan
dengan karbohidrat dan protein.
Sumbangan energi per gram
lemak, protein, dan karbohidrat masing-masing 9, 4, dan 4 kkal, (Mudjajanto,
Eddy dan Noor, 2004).
Margarin merupakan salah satu sumber energi dengan
vitamin A,D, E dan K serta memiliki jumlah kalori yang lebih sedikit dari pada mentega
biasa. Margarin
memberi cita rasa gurih, mengurangi remah roti, mempermudah
pemotongan, serta dapat memperlunak kulit roti, berfungsi untuk
memperpanjang daya simpan, memperkeras tekstur agar tidak meleleh pada
suhu kamar, dan mempertinggi titik didih untuk memenuhi tujuan
pengovenan. Ciri-ciri
margarin yang menonjol adalah bersifat plastis, padat pada suhu ruang, agak keras pada suhu
rendah, teksturnya
mudah dioleskan, serta segera dapat mencair di dalam mulut, (Anonym
5,2004).
3. Air
Air merupakan komponen penting dalam bahan baku
pembuatan roti bakery,
karena air dapat mempengaruhi penampilan, tekstur, serta cita rasa makanan,
kandungan air dalam bahan makanan roti ikut menentukan acceptability,
kesegaran, dan daya tahan bahan, kandungan air pada produk roti
di tentukan pada saat penggolahan dimulai penggadonan, air sangat
menentukan pada pengolahan makanan roti, tanpa air pengolahan makanan
tidak dapat berlangsung, air juga di gunakan sebagai ingredient makanan olahan
(Auinger Pfund, 1999).
Air pada proses penggolahan juga dapat berfungsi
sebagai penghantar
panas dan pelarut dan sebagai media reaksi antara gluten dengan
karbohidrat, air yang digunakan sebaiknya memiliki pH antara 6-9, makin tinggi
pH maka roti yang dihasilkan tidak mudah hancur karena absorbsi air
meningkat dengan meningkatnya pH, selain pH air yang digunakan
harus air yang memenuhi persyaratan air minum, diantaranya tidak
berwarna, tidak berbau, tidak berasa (Auinger Pfund, 1999).
Jumlah air yang ditambahkan pada umumnya sekitar
26-38% dari campuran
bahan yang akan digunakan, jika lebih dari 38% adonan akan menjadi
sangat lengket dan jika kurang dari 28% adonan akan menjadi rapuh
sehingga sulit dicetak (Astawan, 2006).
Air yang berhubungan denagan hasil-hasil industri
pengolahan harus
memenuhi standar mutu yang harus diperlukan untuk air minum dengan nilai pH
satu larutan ialah angka antara 0 sampai dengan 14 yang menunjukan
keasaman (acidity) atau pengaraman (alkality) dalam larutan. Apabila
apabila nila pH 7 berarti netral, bila di bawah 7 larutan asam (acid),
semakin rendah pH larutan semakin asam, sebaliknya semakin tinggi pH
berarti larutan bersifat alkali (garam), semakin tinggi pH semakin
tinggi pula alkali (Cauvain Stanley, Linda, Dan Young, 2000). Industri
pengolahan pangan perlu mengembangkan syarat-syarat mutu air
khusus untuk mencapai hasil pengolahan yang memuaskan, dalam banyak
hal diperlukan air minum, dimana diperlukan penanganan tambahan
semua mikroorganisme yang ada, untuk menghilangkan semua bahan-bahan
di dalam air yang mungkin dapat mempengaruhi penampakan,
rasa, dan stabilitas hasil akhir, untuk menyesuaikan pH pada tingkat yang
diinginkan dan supaya mutu air sepanjang tahun dapat konsisten
(Buckle, 1985).
Kadar air merupakan salah satu karakteristik yang
sangat penting pada bahan
pangan, karena air dapat mempengaruhi penampakan, tekstur, dan cita
rasa pada bahan pangan. Kadar air dalam bahan pangan ikut menentukan
kesegaran dan daya awet bahan pangan tersebut, kadar air yang tinggi
mengakibatkan mudahnya bakteri, kapang, dan khamir untuk berkembang
biak, sehingga akan terjadi perubahan pada bahan pangan (Winarno,
1997).
C.
Bahan Tambahan Pembuatan Roti
1. Ragi
Ragi roti adalah bahan penggembang pada adonan yaitu
sebagaibahan tambahan pangan yang digunakan dalam pembuatan roti dan kue, menambah
volume pada adonan, dan pada saat adonan dipanggang dapat lebih menggembang,
jika bahan penggembang dicampurkan kedalam adonan maka akan terbentuk gas
karbon dioksida, gas inilah yang
kemudian terperangkap didalam gluten (komponen protein yang ada
dalamtepung terigu) sehingga adonan menjadi menggembang karena gas yang dihasilkan
semakin lama akan semakin banyak (Sultan, 1981).
2. Telur
Telur adalah suatu bahan makanan sumber protein hewani
yangbernilai gizi tinggi.
untuk dunia kuliner, telur berfungsi sebagai pengembang
adonan, membentuk warna, perbaikan rasa, menambah nilai gizi,
sebagai pelembut atau pengempuk, sebagai penambah aroma dan zat gizi. Jika
telur tidak digunakan dalam adonan maka adonan harus ditambahkan
cairan walaupun hasilnya kurang lunak. Roti yang lunak dapat
diperoleh dengan penggunaan kuning telur yang lebih banyak. Kuning telur
banyak mengandung lesitin (emulsifier). Bentuknya padat, tetapi kadar
air sekitar 50%. Sementara putih telur, kadar air 86%. Putih telur
mempunyai sifat creaming yang lebih baik dibandingkan kuning telur.
Telur adalah suatu bahan makanan sumber zat protein
hewani yang bernilai
gizi tinggi. Fungsi telur
dalam penyelenggaraan gizi adalah
sebagai pengental, perekat atau pengikat Tarwotjo Soejoeti, 1998).
Nilai Gizi yang terkandung dari kuning telur dan putih
telur berbeda, kuning telur
memiliki kadar protein 16% dan kadar lemak 31%, sedangkan
putih telur memiliki kadar protein 13 %. Oleh karena itu bagian telur yang
mempunyai nilai gizi paling tinggi sebagai bahan makanan yaitu kuning
telur. Pada bagian
kuning telur terdapat asam amino
essensial yang sering disebut triptofane. Garam yang banyak terdapat didalam
kuning telur adalah garam ferum dan fosfor, akan tetapi garam tersebut
sedikit mengandung kalsium, vitamin yang banyak terdapat dalam telur adalah
vitamin B, komplek dalam jumlah cukup (Moehji, 1971).
Salah satu tolak ukur dalam menentukan mutu telur
adalah berdasarkan
berat, ukuran telur ada yang besar, sedang dan kecil, mutu telur dapat
dinilai dari kondisi dan kebersihan kulit, besar kantong udara, kekompakan
putih telur, letak dan bentuk kuning telur, telur yang baru dikeluarkan
oleh induk ayam merupakan telur yang segar, telur yang masih baru,
kuning telurnya masih rapat, terletak di tengah-tengah putih telur yang
tebal, dilihat dari segi nutrisi telur baru dan telur lama tidak ada perbedaan,
kecuali rasa dan penampilanya tidak menarik, telur yang berumur
lebih dari dua minggu hanya baik untuk membuat kue (Anonim 6,2009).
3. Gula
Gula adalah karbohidrat murni yang tidak tersusun atas
nutrient lainnya seperti, lemak, protein, vitamin, dan mineral karena gula itu karbohidrat
yang murni maka gula disebut sebagai kalori kosong. Gula pasir
merupakan hasil dari batang tebu yang digiling dan diperas kemudian cairannya
yang manis diolah menjadi gula, gula pasir atau sukrosa adalah disakarida
yang tersusun dari satu gugus glukosa dan satu gugus fruktosa (Tiench
Tirtowinata, 2006).
Fungsi gula sebagai makanan ragi, memberi rasa,
mengatur fermentasi,
memperpanjang umur roti (shelf life), menambah kandungan gizi,
membuat tekstur roti menjadi lebih empuk, memberi daya pembasahan
pada roti dan memberi warna cokelat yang menarik pada kulit karena
proses maillard atau karamelisasi (Moehji, 1971).
Gula ditambahkan pada jenis roti tertentu untuk
melengkapi karbohidrat
yang ada untuk fermentasi dan untuk memberikan rasa yang lebih manis.
Tapi gula lebih banyak dipakai untuk pembuatan kue dan biskuit
dimana selain rasa manis gula juga mempengaruhi tekstur. Jumlah gula yang
tinngi membuat remah kue lebih lunak dan lebih basah, dan pada biskuit
juga melunakkan (Moehji, 1971).
Mutu kualitas dari sisi kebersihan produk yaitu warna
kuning lebih disukai,
karena rsa lebih manis, terlihat lebih asli, tidak banyak terpapar bahan kimia,
lebih hemat, sebagian tidak terlalu membedakan warna, yang menyukai
gula berwarna putih, alasan hanya estetika, terlihat lebih bersih, lebih pantas
disajikan. Ukuran kristal lebih besar, kualitas lebih bagus, penyuka gula
putih, kristal lebih halus (anonim 7, 2009).
4. Susu
Tujuan pemakaian susu dalam pembuatan produk bakery
yaitu untukmemperbaiki gizi karena susu mengandung protein (kasein), gula
laktosa dan kalsium,
memberikan pengaruh terhadap warna kulit (terjadi pencoklatan
protein dan gula), digunakan untuk mengoles permukaan roti, memperkuat
gluten karena kandungan kalsium, menghasilkan kulit yang enak dan
crispy serta bau aromatic smell (Subarna, 2002).
Jenis susu yang banyak digunakan dalam proses bakery
adalah susu bubuk, full
krim dan skrim. Susu bubuk full krim mengandung lemak yang tinggi
sehingga memberikan kelembutan dan aroma yang menyenangkan. Susu skim
banyak mengandung protein kasein yang cenderung meningkatkan
penyerapan dan daya menahan air, sehingga mengeraskan adonan dan
memperlambat proses fermentasi adonan roti. Keuntungan susu skim
adalah kandungan air dan kandungan lemaknya rendah sehingga dapat
disimpan lebih lama dan tidak cepat tengik. Kada air susu skim adalah 2,5%
dan kandungan lemaknya 1,1% (Wheat associates, 1983).
Susu yang digunakan untuk pembuatan roti pada umumnya
dalam bentuk bubuk
(powder). Hal ini disebabkan alasan kemudahan penyimpanan
dan mempunyai umur simpan yang lebih panjang dari pada susu segar.
Sebaiknya penyimpanan susu bubuk senantiasa dijaga agar tetap
kering, hal ini dilakukan karena susu bubuk bersifat sangat rentan terhadap
kerusakan dari lingkungan terutama air (Subarna, 1992).
D.
Teknologi Fermentasi
Menurut (Moentamaria, Dwina : 2011 ). Teknologi
fermentasi merupakan ilmu dan teknik terapan yang saat ini berkembang pesat. Teknologi
fermentasi menerapkan secara terpadu cabang-cabang ilmu ilmu mikrobiologi,
biokimia, kimia, keteknikan, biologi molekuler dan genetika. Teknologi
fermentasi telah membuka lembaran baru dalam upaya manusia untuk memanfaatkan
bahan-bahan yang murah harganya bahkan tidak berharga menjadi produk-produk
yang bernilai ekonomi tinggi dan berguna bagi kesejahteraan umat manusia. Lebih
lanjut lagi kemajuan – kemajuan yang dicapai dalam bidang teknologi fermentasi
telah memungkinkan manusia untuk memproduksi berbagai jenis
produk yang tidak dapat atau sulit diproduksi melalui proses kimia.
Teknologi fermentasi mempunyai bidang cakupan luas,
yaitu mulai dari teknik produksi makanan fermentasi, minuman beralkohol,
produksi biomassa (inokulum, protein sel tunggal), produksi asam-asam organik,
asam-asam amino, enzim, vitamin, antibiotika, dan sebagainya sampai pada teknik
penanganan limbah.
Setiap proses fermentasi mendayagunakan aktivitas
metabolisme suatu mikroba tertentu atau campuran dari beberapa spesies mikroba.
Dari sudut industri, mikroba merupakan pabrik kimiayang mengubah bahan baku
menjadi berbagai jenis produk. Industri fermentasi modern mendayagunakan
teknologi mutakhir berdasarkan ilmu keteknikan yang maju dan pengetahuan yang
mendalam mengenai biokimia dan aktivitas metabolisme mikroba.
Industri fermentasi modern di Indonesia masih sangat
terbatas. Mengingat potensi bahan baku yang melimpah di Indonesia, maka upaya
pengembangan industri fermentasi untuk memproduksi berbagai jenis produk yang
bernilai tinggi, perlu mendapat perhatian. Aktivitas metabolisme mikroba
mempunyai dasar yang sama, tetapi masih ditemukan berbagai ragam variasi terhadap
pola dasar. Hal ini terbukti dari banyaknya ragam bahan baku atau substrat yang
dapat dicerna oleh suatu jenis mikroba dan banyaknya jenis produk yang dapat dihasilkan
pada berbagai kondisi lingkungan yang diberikan.
Menurut (Moehji,
1971). Fermentasi dapat dilakukan
dengan metode fermetasi permukaan dan fermentasi terendam (submerged).
Fermentasi kultur terendam lebih luas pemakaiannya. Fermentasi ini bisa menggunakan
inokulum bakteri, kapang dan khamir, sedangkan fermentasi permukaan, kebanyakan untuk produksi enzim dan asam
organik dengan menggunakan kapang. Dalam hal aerasi medium cair lebih
mudah diaerasi. Untuk fermentasi
padataerasi sangat bergantung pada porositas bahan, dimana pertumbuhan
mikroorganisme hanya pada bagian yang dapat dikenai oleh udara atau oksigen.Medium fermentasi biasanya berupa
cairan dan dapat pula berupa padat dan semi padat. Fermentasi yang menggunakan
medium cair disebut fermentasi kultur terendam
yang pada umumnya memerlukan aerasi dan atau agitasi. Fermentasi medium padat dan fermentasi semi padat dikenal
juga sebagai fermentasi permukaandimana
mikroorganismenya ditumbuhkan pada permukaan bahan.
a. Fermentasi
media padat :
Fermentasi media padat ini sering disebut sebagai
proses “koji”. Bahan
padat yang banyak digunakan sebagai substrat ialah berbagai jenis hasil
pertanian dan limbah pertanian. Fermentasi media padat mempunyai beberapa
kelebihan, antara lain cara operasinya sederhana, kontaminasi bukan masalah
penting, bahan untuk media atau substrat mudah diperoleh dan relative murah
harganya. Sedangkan kelemahannya antara lain memerlukan ruang yang luas,
membutuhkan banyak tenaga kerja, sulit mengatur komposisi komponen-komponen
media dan meniadakan komponen yang berpengaruh negatif terhadap media
fermentasi, dan sulit mengatur kondisi lingkungan fermentasi.
Fermentasi media padat telah lama diterapkan, misalnya
proses koji untuk memproduksi enzim yang dibutuhkan dalam pembuatan shoyu,
miso, sake, produksi asam-asam organik, enzim, dan sebagainya.
Proses fermentasi media padat biasanya dilakukan pada
suhu ruang yang relatif konstan dan merupakan kultur yang statis walaupun
sekali-sekali dilakukan pengadukan. Pertumbuhan kapang pada media padat dengan
kelembaban yang tinggi (kadar air tinggi) menyerupai sifat pertumbuhannya di
alam. Karena itu melalui fermentasi medi padat sering diperoleh enzim-enzim
yang spesifik yang sulit timbul dalam kultur cair.
· Kultur
statis tanpa aerasi
Contoh spesifik kultur statis yang menggunakan
substrat padat ialah proses koji tradisional dalam pembuatan sake yang
diproduksi oleh kapang Aspergillus Oryzae, dimana pada permuaan beras yang
telah dikukus ditaburkan spora A. Oryzae. Juga dapat ditemukan pada pembuatan
tempe gandum yang telah dikukus dilakukan Wang dan Hesseltrine (1966), yang
diinokulasi dengan suspensi Rhizopus Oligosporus. Akan terjadi pelepasan air
akibat metabolisme karbohidrat setelah germinasi spora (8 jam).
· Kultur
statis dengan aerasi
Untuk dapat mempertahankan suhu optimum dan kelembapan
yang merata di seluruh bagian kultur, industry fermentasi telah menerapkan
otomatisasi dalam proses fermentasi yang menggunakan media padat. Untuk
memproduksi asam sitrat digunakan media campuran molasses, bekatul beras,
serbuk gergaji dan air dan inoculum Aspergillus niger dengan mengalirkan udara
(RH mendekati 100%, suhu 30oC) untuk aerasinya.
b. Fermentasi
terendam (submerged)
Dibandingkan dengan mediu padat, medium cair mempunyai
beberapa kelebihan, yaitu antara lain (1) jenis dan konsentrasi
komponen-komponen medium dapat diatur sesuai dengan yang diiinginkan, (2) dapat
memberikan kondisi yang optimum untuk pertumbuhan, dan (3) pemakaian medium
lebih efisien.
Medium cair dapat digunakan pada fermentasi permukaan
dan terendam. Fermentasi permukaan medium cair merupakan cara fermentasi yang
sejak lama dipraktekkan untuk memproduksi berbagai produk fermentasi, misalnya
produksi asam asetat secara tradisional. Fermentasi permukaan medium cair ini
mulai ditinggalkan sejak fermentasi teredam terbukti lebih efisien, khususnya
dalam memproduksi produk-produk fermentasi yang bernilai ekonomis tinggi dan
menghendaki sterilisasi yang tinggi, misalnya produksi antibiotika.
Pembibitan untuk fermentasi secara industrian
Penyediaan
bibit untuk fermentasi secara besar-besaran dengan menggunkan ragi atau bakteri
tidak merupakan persoalan yang sulit, karena bentuk vegetatifnya yang aktif
dari mikroorganisme ini terdiri dari sel-sel tunggal yang dapat dipakai secara
langsung untuk pembibitan. Lain halnya dengan kapang, jika digunakan sebagai
bibit agak sukar karena bentuk vegetative aktifnya merupakan serabut yang
terjalin satu sama lain dan membentuk suatu massa yang kompak, sehingga hanya
sebagaian saja bersinggungan dengan perbenihannya.
Cara
pembibitan tidak dapat secara langsungdari agar-agar miring (biakan miring) ke
fermentor, karena akan memerlukan waktu yang lama sehingga tidak ekonomis.
Selama pembuatan bibit-bibit secara bertahap ini sampai ke fermentor, harus
dilakukan secara aseptic dengan peralatan yang steril.Bibit yang dibuat dengan
suspensi daripada hasil fragmentasi mycelium terdiri dari mycelium dalam
keadaan aktif, yang dapat segera tumbuh dan melakukan fermentasi begitu bibit
dimasukkan ke dalam fermentor. Distribusi daripada mycelium lapuk seperti di
atas dapat berlangsung dengan mudah dan lebih sama rata dari pada dengan
spora-sporanya, karena spora-spora ini pada umumnya lebih sukar dibasai oleh
cairan, sehingga akan terjadi suspense yang tak sama rata.
Pembuatan
inoculum / bibit-bibit tadi dilakukan secara bertahap, yaitu dari biakan murni
pada agar miring, mikroorganisme diaktifkan dalam perbenihan yang akan
difermentasikan selama 24-48 jam. Perbenihan cair yang pertama ini dimasukkan
ke dalam perbenihan cair yang volumenya lebih besar dari volume yang
pertama.Volume bibit ini terus ditingkatkan sampai volume bibit mencapai 5-20%
dari volume perbenihan yang difermentasi.
Pembibitan
secara bertahap ini dimasukkan untuk memberi kesempatan pada mikroorganisme
untuk menyesuaikan dirinya dengan kondisi perbenihan, sehingga apabila bibit
dimasukkan ke dalam fermentor bibit itu sudah benar-benar aktif dan tidak perlu
penyesuaian lagi.Hal ini berlaku bagi semua mikroorganisme.
E.
FERMENTASI
Fermentasi merupakan kegiatan mikrobia pada bahan
pangan sehingga dihasilkan produk yang dikehendaki.Mikrobia yang umumnya
terlibat dalam fermentasi adalah bakteri, khamir dan kapang. Contoh bakteri
yang digunakan dalam fermentasi adalah Acetobacter xylinum pada
pembuatan nata decoco, Acetobacter aceti pada
pembuatan asam asetat. Contoh khamir dalam fermentasi adalah Saccharomyces
cerevisiae dalam pembuatan alkohol sedang contoh kapang adalah Rhizopus sp
pada pembuatan tempe, Monascus purpureus pada pembuatan angkak
dan sebagainya. Fermentasi dapat dilakukan menggunakan kultur murni ataupun alami
serta dengan kultur tunggal ataupun kultur campuran.
Fermentasi menggunakan kultur alami umumnya dilakukan
pada proses fermentasi tradisional yang memanfaatkan mikroorganisme yang ada di
lingkungan. Salah satu contoh produk pangan yang dihasilkan dengan fermentasi
alami adalah gatot dan growol yang dibuat dari singkong. Tape merupakan produk
fermentasi tradisional yang diinokulasi dengan kultur campuran dengan jumlah
dan jenis yang tidak diketahui sehingga hasilnya sering tidak stabil. Ragi tape
yang bagus harus dikembangkan dari kultur murni.
Kultur murni adalah mikroorganisme yang akan digunakan
dalam fermentasi dengan sifat dan karaktersitik yang diketahui dengan pasti
sehingga produk yang dihasilkan memiliki stabilitas kualitas yang jelas. Dalam
proses fermentasi kultur murni dapat digunakan secara tunggal ataupun secara
campuran. Contoh penggunaan kultur murni tunggal pada fermentasi kecap,
yang menggunakan Aspergillus oryzae pada saat fermentasi
kapang dan saat fermentasi garam digunakan bakteri Pediococcus sp dan khamir Saccharomyces
rouxii.
Industri
fermentasi dalam pelaksanaan proses dipengaruhi oleh beberapa faktor:
A. Mikrobia
B. Bahan dasar
C. Sifat-sifat
proses
D. Pilot-plant
E. Faktor sosial
ekonomi
·
Fermentasi pada pengolahan roti
Dalam
industri roti menggunakan enzim amilase dan protease untuk mempercepat proses
fermentasi, meningkatkan volume adonan, memperbaiki kelunakan dan tekstur.
Enzim bersumber dari jamur dan bakteri.
Proses
fermentasi pada pengolahan roti sudah dilakukan sejak lama. Tahapan ini
dilakukan untuk menghasilkan potongan roti (loaves) dengan bagian yang porus
dan tekstur roti yang lebih lembut. Metode ini didasarkan pada terbentuknya gas
akibat proses fermentasi yang menghasilkan konsistensi adonan yang frothy
(porus seperti busa). Pembentukan gas pada proses fermentasi sangat penting
karena gas yang dihasilkan akan membentuk struktur seperti busa, sehingga
aliran panas ke dalam adonan dapat berlangsung cepat pada saat baking. Panas
yang masuk ke dalam adonan akan menyebabkan gas dan uap air terdesak ke luar
dari adonan, sementara terjadi proses gelatinisasi pati sehingga terbentuk
struktur frothy.
Fermentasi
adonan didasarkan pada aktivitas-aktivitas metobolis dari khamir dan bakteri
asam laktat. Aktivitas mikroorganisme ini pada kondisi anaerob akan
menghasilkan metabolit fungsional yang penting pada pembentukkan adonan. Dengan
mengendalikan parameter proses fermentasi dan metode preparasi adonan dapat
dimungkinkan mempengaruhi aktivitas mikroorganisme dan enzim untuk menghasilkan
adonan roti yang dikehendaki seperti volume, konsistensi, dan pembentukkan.
Pengaruh Fermentasi Adonan
menurut jenis dan fungsinya pada proses baking
|
Pengaruh
|
Jenis
|
Fungsi
|
|
Primer
|
Pembentukan
metabolit fungsional (karbon dioksida, etanol, asam laktat, asam asetat)
|
Volume,
tekstur, rasa, umur simpan
|
|
Sekunder
|
Degradasi
senyawa makromolekul (pentosan, α-glukan, protein)
|
Konsistensi,
tekstur, umur simpan
|
|
Tersier
|
Pembentukan
metabolit precursor (precursor flavor, komponen reaksi Maillard)
|
Flavor,
warna
|
· Fermentasi
Adonan
Berbagai
metode fermentasi adonan berkembang untuk memperoleh hasil sesuai
dengan karakteristik
berbagai jenis produk bakery. Walaupun berbagai metode dikembangkan, namun secara umum
terjadi kecenderungan untuk menyederhanakan, memperpendek
dan automatisasi
proses fermentasi. Proses biologis yang kompleks selama fermentasi perlu
dikendalikan untuk menghasilkan adonan sesuai dengan yang diinginkan.
Untuk itu, pengendalian haruslah
dilakukan selama periode fermentasi. Semua faktor
seperti suhu, mutu dan jumlah sel, serta laju pertumbuhan
harus terkendali, sehingga terbentuk gas di dalam adonan.
Adonan yang
frothy dapat dihasilkan dengan terbentuknya atau terdispersinya gelembung-gelembung
gas di dalam adonan. Gas yang dibutuhkan untuk terbentuknya adonan dapat
dihasilkan melalui proses biologis, kimia, maupun fisik. Gas yang dihasilkan
terdispersi kedalam adonan dalam bentuk gelembung untuk menghasilkan pori yang
halus seperti gabus. Gas yang terbentuk merupakan gas CO2.
Kehalusan pori
yang terbentuk selama proses pengadonan tergantung
pada karakteristik tepung yang digunakan seperti viskoelastisitas
dari gluten dan daya ikat air (water-binding capacity) pentosan. Pori yang
halus bisa juga terbentuk oleh karena udara masuk kedalam adonan dan
terdispersi dalam bentuk gelembung yang halus ketika tepung dan
air dicampur dan diulen. Gelembung udara yang terperangkap berperan
sebagai inti yang menyerapgas CO2 yang
terbentuk akan membuat adonan mengembang membentuk struktur spon. Pengembangan
adonan dapat melebihi 1:6 karena gas CO2 terbentuk
selama fermentasi.Pembentukan gas selama fermentasi diikuti oleh reaksi-reaksi
fermentatif lainnya seperti
terbentuknya metabolit-metabolit intermediet yang berpengaruh pada
konsistensi adonan dan
terbentuknya senyawa-senyawa volatil yang merupakan prekursor aroma.
Gas yang
terdispersi dan terperangkap di dalam adonan dalam bentuk gelembung dibutuhkan
untuk pembentukan pori. Terbentuknya dinding pori yang elastis (extensible) tergantung
pada kandungan protein yang spesifik yang dapat membentuk film yang elastis. Karakteristik
semacam ini diperlihatkan oleh gluten (gliadin dan glutenin) yang merupakan
jenis protein yang
terkandung di dalam tepung gandum. Ketika tepung gandum dicampur dengan air, gluten akan
membentuk massa viskoelastis yang mengikat semua bahan adonan terutama pati menjadi
suatu jaringan. Lapisan film yang terbentuk bersifat impermiabel terhadap gas,
sehingga dapat
memerangkap gas dan membentuk pori. Selanjutnya pada saat proses pemanggangan (baking)
terjadi gelatinisasi pati dan koagulasi gluten yang dapat membentuk crumb dan
tekstur yang lembut.
Lama
penyiapan dan fermentasi adonan sangat bervariasi yang harus dapat dikendalikan dengan baik.
Penggunaan proporsi khamir yang tinggi akan menyebabkan pembentukan gasyang
cepat. Hal ini dapat menyulitkan dalam pengaturan waktu fermentasi dan
penyiapan adonan.Untuk
itu, penjadwalan yang ketat dibutuhkan saat penyiapan adonan karena pengembangan
volume adonan terjadi dengan cepat. Pengakhiran proses fermentasi sangat mempengaruhi
volume dan bentuk akhir produk bakery.
· Peranan
khamir dalam pembuatan roti
Khamir
jenis Saccharomyces cereviceae merupakan jenis khamir yang
paling umum digunakan pada pembuatan roti.Khamir ini sangat mudah ditumbuhkan,
membutuhkan nutrisi yang sederhana, laju pertumbuhan yang cepat, sangat stabil,
dan aman digunakan (food-gradeorganism). Dengan karakteristik tersebut,
S. Cereviceae lebih banyak digunakan dalam pembuatan roti dibandingkan
penggunaan jenis khamir yang lain. Dalam perdagangan khamir ini sering disebut
dengan baker’s yeast atau ragi roti.
Pengembangan
Adonan.
Penggunaan mikroorganisme dalam pengembangan adonan masih menjadi
fenomena yang asing bagi masyarakat yang tidak familiar dengan pabrik roti.
Udara (oksigen) yang masuk ke dalam adonan pada saat pencampuran dan pengulenan
(kneading) akan dimanfaatkan untuk tumbuh oleh khamir. Akibatnya akan terjadi
kondisi yang anaerob dan terjadi proses fermentasi. Gas CO2 yang
dihasilkan selama proses fermentasi akan terperangkap di dalam lapisan film
gluten yang impermiabel. Gas akan mendesak lapisan yang elastis dan extensible
yang selanjutnya menyebabkan pengembangan (penambahan volume) adonan.
Asidifikasi. Selama
proses fermentasi selain dihasilkan gas CO2 juga dihasilkan
asam-asam organik yang menyebabkan penurunan pH adonan. Karena tingginya
kapasitas penyangga (buffer capacity) protein di dalam adonan, maka
tingkat keasaman dapat ditentukan dengan menentukan total asam adonan. Proses
asidifikasi ini dapat dijadikan sebagai indikator bahwa fermentasi adonan
berjalan dengan baik. Dengan demikian pengukuran pH mutlak diperlukan dalam
pengendalian proses.
Produksi
Flavor. Terbentuknya alkohol, penurunan pH, dan terbentuknya
metabolit lainnya secara langsung akan berperan sebagai prekursor flavor dan
rasa roti. Akibat proses fermentasi tersebut dapat menghasilkan roti
dengan mutu organoleptik yang tinggi.
F. Proses
Produksi Roti
1. Seleksi
Bahan
Bahan baku merupakan faktor yang menentukkan dalam
proses produksi atau
pembuatan bahan makanan. Jika bahan baku yang digunakan mutunya baik
maka diharapkan produk yang dihasilkan juga berkualitas. Evaluasi
mutu dilakuakan untuk menjaga agar bahan yang digunakan dapat sesuai
dengan syarat mutu yang telah ditetapkan oleh perusahaan, sehingga
dihasilkan produk yang sesuai dengan standar mutu yang ditetapkan
(Kamarijani, 1983).
2. Penimbangan
Semua bahan ditimbang sesuai dengan formula. Penimbangan bahan harus
dilakukan dengan benar agar tidak terjadi kesalahan dalam penggunaan
jumlah bahan. Ragi, garam,
dan bahan tambahan makanan
merupakan bahan yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit, tetapi sangat penting agar
dihasilkan roti yang berkualitas baik sehingga harus diukur dengan
teliti. Dalam
penimbangan, sebaiknya tidak menggunakan sendok atau cangkir
sebagai takaran (Mujajanto, 2004).
3. Pengadukan
atau pencampuran (Mixing)
Mixing berfungsi mencampur secara homogen semua bahan, mendapatkan
hidrasi yang sempurna pada karbohidrat dan protein, membentuk
dan melunakkan gluten, serta menahan gas pada gluten (gasretention). Tujuan
mixing adalah untuk membuat dan mengembangkan daya rekat. Mixing harus
berlangsung hingga tercapai perkembangan optimal dari
gluten dan penyerapan airnya.
Dengan demikian, pengadukan adonan roti harus sampai kalis. Pada kondisi
tersebut gluten baru tebentuk
secara maksimal.
Adapun yang dimaksud kalis adalah pencapaian pengadukan
maksimum sehingga terbentuk permukaan film pada adonan. Tanda-tanda
adonan roti telah kalis adalah jika adonan tidak lagi menempel di
wadah atau di tangan atau saat adonan dilebarkan, akan terbentuk
lapisan tipis yang elastis. Kunci pokok dalam pengadukkan adalah waktu
yang digunakan harus tepat karena jika pengadukkan terlalu lama akan
menghasilkan adonan yang keras dan tidak kompak, sedangkan pengadukkan
yang sangat cepat mengakibatkan adonan tidak tercampur rata dan
lengket (Mudjajanto, 2004).
4. Peragian
(Fermentation)
Fungsi ragi (yeast) dalam pembuatan roti adalah untuk
proses aerasi
adonan dengan mengubah gula menjadi gas karbondioksida, sehingga
mematangkan dan mengempukan gluten dalam adonan. Kondisi dari gluten
ini akan memungkinkan untuk mengembangkan gas secara merata dan
menahannya, membentuk cita rasa akibat terjadinya proses fermentasi.
Suhu ruangan 35oC dan
kelembaban udara 75% merupakan
kondisi yang ideal dalam proses fermentasi adonan roti. Semakin panas suhu
ruangan, semakin cepat proses fermentasi dalam adonan roti. Sebaliknya,
semakin dingin suhu ruangan semakin lama proses fermentasi. Selama
peragian, adonan menjadi lebih besar dan ringan (Mudjajanto,2004).
5. Pengukuran
atau penimbangan adonan (Deviding)
Roti agar sesuai dengan besarnya cetakan atau
berdasarkan bentukyang digunakan adonan perlu ditimbang, Sebelum ditimbang,
adonan dipotong-potong
dalam beberapa bagian. Proses penimbangan harus dilakukan
dengan cepat karena proses fermentasi tetap berjalan (Anomim3, 2007).
6. Pembulatan
adonan (Rounding)
Tujuan membuat bulatan-bulatan adonan adalah
untukmendapatkan permukaan yang halus dan membentuk kembali strukturgluten.Setelah
istirahat singkat lagi, adonan dapat dibentuk menjadipanjang seperti yang
dikehendaki. Jika adonan terlalu ditekan maka kulitakan menjadi tidak seragam
dan pecah (Anomim 3, 2007).
7. Pengembangan
singkat (Intermediate Proof)
Intermediate proof adalah tahap pengistirahatan adonan
untuk beberapa saat pada suhu 35-36 °C dengan kelembaban 80-83% selama
6-10menit. Langkah tersebut dilakukan untuk memepermudah adonan diroll dengan roll
pin dan digulung. Selanjutnya, adonan yang telah dicampur hingga kalis
dilanjutkan dengan proses peragian (Mudjajanto, 2004).
8. Pembentukan
Adonan (Moulding)
Tahap pembentukan adonan dilakukan dengan cara adonan
yang telah di
istirahatkan digiling pakai roll pin, kemudian digulung atau dibentuk
sesuai dengan jenis roti yang di inginkan. Pada saat penggilingan, gas yang ada
di dalam adonan keluar dan adonan mencapai ketebalan yang di inginkan
sehingga mudah untuk digulung atau dibentuk (Mudjajanto,2004).
9. Peletakan
adonan dalam cetakan (Panning)
Adonan yang sudah digulung dimasukkan kedalam cetakan
dengan cara bagian
lipatan diletakkan di bawah agar lipatan tidak lepas yang mengakibatkan
bentuk roti tidak baik. Selanjutnya, adonan di diamkan dalam
cetakan (pan proof). Sebelum dimasukkan kedalam pembakaran proses ini dilakukan
agar roti berkembang sehingga hasil akhir roti diperoleh
dengan bentuk dan mutu yang baik (Mudjajanto , 2004).
10. Pembakaran
(baking)
Setelah dibentuk sesuai yang dikehendaki dan
dikembangkan secara
optimal, adonan siap dipanggang di dalam oven. Ada dua cara memanggang
roti, yaitu dengan uap dan tanpa uap, tergantung jenis rotiyang dibuat. Untuk
beberapa jenis roti, memanggang dengan uap itu lebih baik, atau
memang perlu untuk memberikan uap di dalam oven. Ini akan menghasilkan
kelembapan yang tinggi dalam oven yang akan menjaga kulit roti
tetap basah, sehingga oven proof lebih baik dan pengembangan volume roti
dicapai. Proses pemasakan roti memerlukan suhu mulai dari suhu 26 °C-100 °C.
Proses fisik adalah penguapan alkohol dan air. Proses pemanggangan
terjadi di kulit, dimana berbagai jenis gula menjadi karamel dan
memberi warna pada kulit (Anomim 3, 2007).
4.
PROSEDUR
PERCOBAAN
1. Mencampur
tepung terigu dengan gula pasir, ragi instant, susu bubuk dan garam, diaduk
rata.
2. Menambahkan
telur dan air, diaduk dan diuleni. Memasukkan margarine dan diuleni hingga
kalis dan lembut, dan dibulatkan. Diistirahatkan selama 1 jam.
3. Memotong
dengan berat timbang 4 gram, dibulatkan kembali, dan diistirahatkan selama 15
menit.
4. Menyiapkan
loyang roti sobek bentuk lof berukuran 19x9x10 cm, diolesi margarine.
5. Mengambil
satu adonan, diisi dengan keju, ditaruh dalam loyang. Diletakkan berurutan
sebanyak 5 buah dalam 1 loyang atau bentuk bulat satu adonan yang diletakkan
dalam loyang muffin yang telah dialasi kertus cup. Diistirahatkan kembali 30
menit.
6. Memanaskan
oven dengan temperatur 175oC. Sebelum masuk ke oven, mengolesi roti
dengan telur dan dipanggang selama 15 menit.
7. Mengeluarkan
roti dari oven diolesi dengan margarine.
5.
DATA
PENGAMATAN
|
No.
|
Perlakuan
|
Pengamatan
|
|
1
|
Tepung
terigu + susu + gula + garam + ragi (dicampurkan lalu diaduk hingga rata).
|
Semua
bahan tercampur secara ratadan berwarna putih kekuningan.
|
|
2
|
Menambahkan
telur + air, diaduk rata lalu menambahkan margarin
|
Adonan
diaduk dan tercampur, membentuk warna kuning dengan tekstur kalis dan aroma
yang enak
|
|
3
|
Didiamkan
selama 1 jam
|
Adonan
mengembang dan terbentuk pori-pori pada kue, karena kerja ragi dan mengubah
gula menjadi gas karbon dioksida dan senyawa beraroma
|
|
4
|
Membentuk
adonan dan didiamkan sebentar
|
Adonan
dibentuk bulat dan lama-kelamaan menjadi semakin mengembang
|
|
5
|
Memanggang
adonan
|
Roti
menjadi lebih mengembang, aromanya enak, berwarna kuning kecoklatan dengan
tekstur yang lembut
|
6.
PERTANYAAN
1. Mengapa
panas timbul selama pencampuran adonan dan darimana asal panas tersebut?
2. Apakah
masih terjadi pengembangan volume adonan pada saat didalam oven?
3. Jelaskan
proses terjadinya pebgembangan adonan roti!
4. Apa
fungsi pemakaian ragi (yeast)?
Jawab:
1. Panas
berasal dari tenaga yang dilepas oleh hidrasi tepung dan panasdihasilkan oleh
adanya gesekan selama pencampuran adonan.
2. Ya,
adonan masih mengalami pengembangan pada saat di dalam oven.
3. Pada
adonan roti, terdapat ragi yang memproses protein pada tepung menjadi gluten.
Gluten berfungsi sebagai jaringan yang dapat menahan gas CO2 keluar.
Gas CO2 merupakan hasil pemecah pati dan gula dari aktivitas khamir,
CO2 yang terjebak di dalam gluten menaikkan tekanan sehingga sel gas
mengembang dan mengakibatkan volume adonan bertambah.
4. Fungsi
ragi (yeast) yaitu:
1. Sebagai
pengembang roti/leaving, roti mengandung glukosa/gula dan pati kemudian
mengubah menjadi CO2 dan etanol.
2. Memproses
gluten/protein dan tepung sehingga membentuk jaringan yang dapat menahan gas CO2
keluar.
7.
ANALISA
PERCOBAAN
Praktikum kali ini bertujuan
untuk mengalami proses fermentasi pada pembuatan roti. Dimana roti adalah
makanan yang terbuat dari tepung terigu, air dan ragi yang pembuatannya melalui
tahap pengulenan, fermentasi (pengembangan) dan pemanggangan roti. Tepung
terigu mengandung 2 macam protein yang memegang peranan penting dalam pembuatan
roti yaitu protein gluten, berfungsi menentukan struktur produk roti, dan
memberikan kekuatan pada adonan untuk menahan gas dari aktivitas ragi, dan
protein glutenin memberikan elastisitas dan kekuatan untuk pereganggan terhadap
gluten.
Fungsi ragi (yeast) dalam
pembuatan roti adalah proses aerasi adonan dengan mengubah gula menjadi gas
karbon dioksida , sehingga mematangkan dan mengempukkan gluten dalam adonan.
Pada prinsipnya roti dibuat dengan cara mencampurkan tepung dan bahan penyusun
lainnya menjadii adonan kemudian difermentasi dan dipanggang.
Tahap fermentasi dilakukan
untuk menghasilkan potongan roti dengan bagian yang porus dan tekstur roti yang
lebih lembut. Metode ini didasarkan pada terbentuknya gas akibat proses
fermentasi yang menghasilkan konsistensi adonan yang frothy (porus seperti
busa). Proses fermentasu roti ini termasuk dalam proses anaerobik. Hal ini
disebabkan oleh pembentukan gas pada saat proses fermentasi akan menghasilkan
dan membentuk struktur seperti busa,
sehingga aliran panas ke dalam adonan dapat berlangsung cepat pada saat baking.
Panas yang masuk ke dalam adonan akan menyebabkan gas dan uap air akan terdesak
keluar dari adonan, sementara terjadi proses gelatinisasi pati sehingga
terbentuk struktur frothy.
Khamir jenis Sacchararomyces Cereviceae merupakan
jenis khamir yang paling umum digunakan pada pembuatan roti. Khamir ini sangat
mudah ditumbuhkan, membutuhkan nutrisi yyang sederhana, laju pertumbuhan yang
sangat cepat stabil, dan aman digunakan. Dengan karakteristik tersebut, S. Cereviceae lebih banyak digunakan
dalam pembuatan roti dibandingkan penggunaan jenis khamir yang lain. Dalam
perdagangan, khamir ini sering disebut baker’s yeast atau ragi roti.
Pengembangan adonan, penggunaan
mikroorganisme dalam pengembangan adonan masih menjadi fenomena yang asing bagi
masyarakat yang tidak familiar dengan pabrik roti. Udara (O2) yang
masuk ke dalam adonan pada saat pencampuran dan pengulenan (kneading) akan
dimanfaatkan untuk tumbuh oleh khamir. Artinya akan terjadi kondisi yang
anaerob dan terjadi proses fermentasi. Gas CO2 yang dihasilkan
selama proses fermentasi akan terperangkap di lapisan yang elastis dan
estensible yang selanjutnya menyababkan pengembangan adonan.
8.
KESIMPULAN
1. Roti
adalah produk makanan yang terbuat dari fermentasi tepung terigu dengan ragi
atau bahan pengembang lainnya.
2. Fermentasi
merupakan keguatan mikroba pada bahan pangan sehingga dihasilkan produk yang
dikehendaki, dan mikroba yang umumnya terlibat dalam fermentasi adalah bakteri,
khamir serta kapang.
3. Khamir
jenis Saccharomyces Cereviceae merupakan
jenis khamir yang paling umum digunakan pada pembuatan roti.
9.
DAFTAR
PUSTAKA
1. Jobsheet.
2015. “Teknologi Pengolahan Pangan: Fermentasi
Roti”. Politeknik Negeri Sriwijaya. Palembang.
888casino US Review | Is It Legal & Safe To Play?
BalasHapus888casino US review 파주 출장마사지 888casino is legal in the US 광주 출장안마 and 안동 출장샵 can 인천광역 출장마사지 be found 제주도 출장마사지 on mobile and desktop, but with no risk.